Jumat, 05 April 2013

Bukan Urwah bin Zubair

Urwah bin Zubair -rahimahullah- adalah seorang ulama dari kalangan tabi'in, sifat kebaikannya begitu banyak, ia adalah seorang ulama besar di masa tabi'in yang merupakan salah satu dari tujuh ulama yang terkenal dengan fuqaha saba'ah (tujuh ahli fiqih) di Madinah.

Ia adalah seorang yang dermawan dan memiliki kesabaran yang tingkat tinggi, dan banyak lagi sifat kebaikannya yang lain.

Bagaimana sifat2 itu tidak menjadi bagian dari dirinya, ia hidup bersama orang2 hebat yang mendidiknya, dan ia berasal dari keluarga yang luar biasa.

Bapaknya Zubair bin Awwam; hawari (penolong) Rasulullah shalallahu alaihiwasallam, dan telah mendapat KTP surga.

Kakeknya Abu Bakar As-Siddiq, manusia terbaik setelah Nabi dan Rasul.

Ibunya Asma binti Abu Bakar, yang bergelar dzatun nithaqain (pemilik 2 ikat pinggang); ceritanya, waktu Rasulullah shalallahu alaihiwasallam dan Abu Bakar hendak berangkat hijrah ke Madinah, tidak ada tali untuk mengingat makanan dan minuman yang dibawa, Asma membelah ikat pinggangnya menjadi 2.

Bibinya Aisyah binti Abu Bakar; istri dan kekasih Rasulullah shalallahu alaihiwasallam, ibunda orang-orang beriman.

Saudaranya Abdullah bin Zubair, jawara perang yang tidak kenal rasa takut.

Itulah sedikit diantara keluarga Urwah bin Zubair, seorang yang terkenal dengan kesabarannya.

Ketika kakinya sakit dan harus dipotong, ia berkata, "hilang satu masih ada tiga (satu kaki dan 2 tangan)"

Saat anaknya meninggal, ia berkata, "meninggal satu, masih ada enam".

Bisahkah kita seperti itu?

***
Itu adalah cerita Urwah bin Zubair, dan cerita berikut ini saya rasa tidak kalah jauh dari kesabaran Urwah bin Zubair.

Pulang sekolah, istri saya berkata, "Teman Abdullah (si kecil, anak saya) meninggal di istirahah (seperti vila)"
"Kenapa?"
"Katanya kejatuhan pintu, saat bermain dengan teman2nya"

Akhirnya istri saya dengan bebeapa temannya mengunjungi orang tuanya, orang tuanya adalah mahasiswa islamic university madinah, mereka berasal dari Bosnia.

Pulang dari berkunjung, istri saya bercerita, "Orang tuanya sabar sekali, tidak tampak kesedihan padanya. Ibunya (anak yang meninggal) berkata, "...?

Kira2 apa yang dikatakan?
Apakah keluh kesah seperti yang banyak ditulis di FB?
Atau mengungkapkan kesedihannya dengan penuh deraian air mata?
Tida juga...

Ibunya berkata, "Alhamdulillah, anak saya dipilih oleh Allah dari 15 belas orang temannya untuk menjadi burung di Surga*"

(* Anak kecil yang meninggal masuk surga)

Urwah bin Zubair telah tiada dengan kisah kesabarannya, tapi ternyata yang serupa dengannya banyak dalam kehidupan kita.

Siapkah saya dan anda menjadi salah satu dari mereka?

0 komentar:

Posting Komentar