Senin, 15 April 2013

Fransisca Baharida: Janda Penjual Es Keliling

Hujan membasahi kota Yogyakarta beberapa hari ini. Akan tetapi, hati ini lebih terbasahi lagi setelah kami kedatangan seorang wanita dengan langkah gontai beserta isakan air matanya. Bukan hanya terbasahi, bahkan meleleh hati kami dibuatnya…

Seorang ibu penjual es keliling…

Keriput hampir saja menyeruak seluruh tubuhnya, berusaha kembali memaknai hidup dari musim ke musim. Bukan apa, ia berpacu dengan waktu membesarkan anaknya yang berusia dua tahun. Ia rindu hingga ngilu, suaminya telah pergi entah kemana semenjak kandungannya genap tiga bulan.

Penghasilanya hanya seala kadar, hanya mendapatkan untung sekitar Rp. 20.000 per hari. Itu pun mesti dibagi lagi untuk biaya kulakan penjualan di hari berikutnya.

“Untuk susu bayi mas, saya cuma bisa menanti bantuan untuk warga kurang mampu dari SGM.”

Kembali dia menyentak,

“Kalaupun kadang bila tak dipasok, maka anak saya pun tak dapat minum susu”, ujar wanita yang baru saja masuk islam pada 22 Maret 2011 yang lalu ini.

Yang kami haru dibuatnya ialah, kegigihannya meneruskan hidupnya. Sepanjang hari ia jajakkan es keliling bersama waktu dan es yang meleleh. Pikir kami, mungkin ia sempat cemas, akankah tubuhnya akan meleleh sebagaiman waktu dan es?

Isak tangis masih terbagi ketika ia mencurahkan keluh kesahnya kepada kami, siang itu. Seolah ia ragu apakah bisa menyeberangi jasadnya sendiri. Sepanjang hari ia membolak-balikkan lembaran kehidupannya. Kadang gundah, kadang resah, dengan penantian yang penuh debar, kapan ia bisa mengkhatamkan halaman terkahir kitab peraduan?

Ia tidak tahu, karena kitabnya tak punya halaman. Ia hanya bercerita dan membayangkan,

“Anakku bagaimana akan sekolah, sedangkan untuk buat akta kelahiran pun susah. Obat obatan sampai asupan gizi pun sejauh ini menanti belas kasih sesama ”

Waktu kini telah menguap menjadi embun, tetesnya telah hinggap di wajah kami.



Di lantai dingin Masjid Pogung Dalangan ini …

Kipasnya masih mengencangkan putarannya…

Lamanya durasi menit bicara, menjadi saksi betapa seorang wanita bernama ‘Fransiska Baharida’ benar benar butuh bantuan sesama.

Apalagi ketika ia gumamkan pinta yang buat kami semakin pilu. Kami menunduk. Ia pun merunduk.

“Begini mas, bulan ini kontrakan saya di Giwangan belum lunas. Rp. 200.000,00 perbulannya. Akan tetapi, baru terbayar Rp. 120.000,00 Ehm… kiranya…” | Belum selesai isak tangisnya, sebagian kami, takmir Masjid Pogung Dalangan langsung mengulurkan sedikit bantuan untuknya. Kami yang mendengarnya saja terhanyut lemas. Maka, terlebih lagi dengan dirinya.

“Sebenarnya bisa saja saya mencari kontrakkan yang biayanya Rp. 100.000 perbulan di Giwangan.“ Ia melanjutkan bicaranya dengan tenang.

“Akan tetapi, di sana lingkungannya buruk. Banyak peminum dan pemabuk.” Ah, ini ibu luar biasa sekali, sesempit keadaannya masih bisa berfikir akan kelapangan jiwa bersihnya. Lagi lagi kami terlarut mendengar kisahnya.



Gumam kami di dalam hati. Allahu Akbar, sebenarnya masih banyak lagi bu Ida bu Ida lain di muka dunia ini. Lalu dimana kita sebagai sesama saudaranya? Betapa sering perut ini kenyang tanpa terpikirkan betapa mereka kesulitan mencari sekepal nasi di tangan. Seringnya diri kita bertanya “Hendak makan di mana siang ini?”

Berbeda sekali dengan mereka yang bertanya “Bisa makan apa hari ini?”

–00–

Tiba tiba Bu Ida memutus lamunan kami, “Mas, terima kasih atas bantuan dananya.”

Sambil sesekali ia seka air matanya. “Jikalau boleh saya meminta, izinkan untuk meminta satu hal lagi.“

Kami sedikit intip matanya yang baru saja sembab sehabis menangis. Kami anggukkan kepala, isyarat menyetujuinya. Akan tetapi, kata kata perpisahan darinya lebih membuat kami membuat kami merasa langit runtuh dan bumi menghimpit.

“Saya tiap sholat harus selalu ke masjid, mas. Bukan apa, karena saya tak punya mukena barang satu helai pun.“

Subhanallah, kami memekik pelan dengan hati menjerit.



[Erlan Iskandar, 14 April 2013]



—————

Catatan Redaksi Peduli Muslim:

Tulisan di atas merupakan catatan dari shahabat kami, Erlan Iskandar, mahasiswa Teknik Kimia ’10 UGM, yang juga menyibukkan diri sebagai Takmir Masjid Pogung Dalangan Yogyakarta, serta volunteer Peduli Muslim. Apa yang ditulis di atas memang berdasar kisah nyata yang beliau alami sendiri, ketika ibu Ida datang ke Masjid Pogung Dalangan Yogyakarta.

Apa yang terjadi pada bu Ida di atas, hanyalah satu contoh kasus yang ada di tengah masyarakat kita. Di luar sana, tentu ada banyak saudari-saudari kita yang mengalami nasib yang sama, atau lebih buruk dari bu Ida (semoga Allah ta’ala memperbaiki kondisi kita). Apa yang mereka alami, adalah perkara yang harus menjadi perhatian kita bersama, sebagai sesama muslim, untuk kita bantu pecahkan solusinya, sesuai kemampuan kita masing-masing.

Untuk itulah, kami berupaya untuk menggugah hati kaum muslimin sekalian, untuk memerhatikan kondisi saudari-saudari kita yang membutuhkan bantuan tersebut. Anda yang tertarik berpartisipasi dengan Peduli Muslim dalam program ini, silakan mengunjungi halaman Bantuan Donasi kepada Para Janda, Wanita Muallaf, dan Wanita yang Memiliki Banyak Hutang [http://pedulimuslim.com/insidental/bantuan-donasi-kepada-para-janda-wanita-muallaf-dan-wanita-yang-memiliki-banyak-hutang/ ].

Sumber: http://pedulimuslim.com/catatan-perjalanan/fransisca-baharida-janda-penjual-es-keliling/

*****

Sejak Peduli Muslim dilaunch melalui sosial media facebook Januari 2013 yang lalu, banyak laporan yang masuk ke Peduli Muslim dari kalangan janda, ibu yang terhimpit permasalahan ekonomi, sampai seorang wanita muda muallaf yang terlilit hutang setelah harus melunasi biaya perawatan di rumah sakit. Para wanita yang mengalami musibah demikian, merupakan realita yang ada di sekitar kita. Yang menjadi keprihatinan, sebuah realita pula bahwa banyak di antara mereka kurang dipedulikan masyarakat sekitarnya.

Padahal, perlu kita ingat kembali bahwa di antara hak tetangga adalah menolongnya saat dia kesulitan dan membutuhkan bantuan. Apalagi, jika kita diberikan kelebihan rezeki dari Allah ta’ala.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan (yang artinya),

”Sedekah tidak halal bagi orang kaya, kecuali untuk di jalan Allah, ibnu sabil atau kepada tetangga miskin …”

(HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Jangan sampai kita mendapat rezeki berlebih, hanya dihabiskan untuk hura-hura, membeli barang yang tidak perlu, atau sekadar mengikuti fashion, tetapi ada tetangga sebelah yang kelaparan kita tidak mengetahuinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya),

”Bukanlah seorang mukmin, yang (dapat) tidur dalam keadaan kenyang, sementara tetangga sebelahnya kelaparan”

(HR. Bukhori dalam Adabul Mufrod)

Apa yang disampaikan nabi dalam hadits di atas, merupakan cambukan pengingat bagi kita bahwa jangan sampai hidup kita ini hanya
sumber: albosala.com

dihabiskan untuk mengejar kepuasan materi, tetapi tidak memiliki makna bagi orang di sekitarnya. Memerhatikan kondisi kaum muslimin, merupakan kewajiban bagi masing-masing diri kita, sesuai kemampuan yang kita miliki. Apalagi, jika yang kita bahas adalah kondisi para wanita yang lemah, terlebih seorang janda.

Sekadar mengingatkan diri kami sendiri dan para pembaca, bahwa para janda bukanlah makhluk yang layak dijadikan bahan candaan, tetapi mereka adalah saudari kita yang seharusnya kita perhatikan, sesuai petunjuk nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

السَّاعِي عَلَى الأَرْمَلَةِ وَالمِسْكِينِ، كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، أَوِ القَائِمِ اللَّيْلَ الصَّائِمِ النَّهَارَ

“Orang yang membantu para janda, dan orang miskin, seperti orang yang berjihad di jalan Allah, atau seperti orang yang tahajud di malam hari dan puasa di siang hari.“

(HR. Bukhari & Muslim)

Maka, di mana rasa tanggung jawab kita sebagai sesama muslim?



Untuk itulah, kami berupaya untuk menggugah hati kaum muslimin sekalian, untuk memerhatikan kondisi saudari-saudari kita yang membutuhkan bantuan tersebut. Anda yang ingin berpartisipasi dengan Peduli Muslim dalam program ini, dapat menyalurkan donasinya melalui rekening:

Bank BNI Syariah Yogyakarta, no. rekening 0293.191.838 a.n. Peduli Muslim YPIA, atau
Bank Syariah Mandiri no. 7013478125 a.n. Ginanjar Indrajati Bintoro

Untuk mempermudah kami dalam membuat laporan keuangan dan menyusun alokasi penyaluran, mohon setiap setelah mengirimkan donasi, agar menyampaikan konfirmasi via sms ke nomor +628.961.546.4449 (Muhammad Iqbal) atau ke email: donasi@pedulimuslim.com

Semoga Allah ta’ala mengikhlaskan langkah-langkah kita, menerima amalan kita, dan mengistiqomahkan kita dalam berkhidmat kepada kaum muslimin. اللهم آمين

0 komentar:

Posting Komentar