Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri didirikan oleh Raden Mas Soebandiman Dirdjoatmojo pada tanggal 2 Juli 1955, memiliki ciri-ciri silat: cepat, tepat, tangkas, teratur dan berbudi luhur. Gerakan-gerakannya memperhitungkan segi anatomis tubuh, tidak memperkosa badan serta to the point , sesuai dengan fungsi dan kebutuhan. Teknik Perisai Diri dikelompokkan kedalam teknik-teknik yang diberi nama/istilah binatang dan manusia, diantaranya: Burung Mliwis, Burung Kuntul, Burung Garuda, Harimau, Naga, Satria, Pendeta, Putri, dll. Dengan sifat dan ciri khas tersebut tidaklah berlebihan apabila teknik silat Nasional Perisai Diri disebut teknik silat modern. Disamping itu, pada masing-masing tingkatan selain mempelajari teknik tangan kosong, juga diajarkan permainan senjata seperti pisau, pedang, thoya, ruyung, trisula, dll, dengan maksud agar anggota Perisa Diri mengetahui betul karakter dari masing-masing senjata, sehingga akan mengetahui kelemahan tiap-tiap senjata dan mampu menghadapi lawan yang bersenjata
Sistem
Pendidikan Silat Perisai Diri menerapkan sistem yang praktis yaitu dengan
pengenalan teknik serta penggunaannya secara langsung sejak awal pendidikan
dasar. Pada garis besarnya sistem pendidikan dapat digambarkan sebagai berikut:
-Pengenalan
dasar teknik
-Penggunaan teknik
-Peningkatan kemantapan dan refleksi
-Kematangan dan keyakinan
-Penggunaan teknik
-Peningkatan kemantapan dan refleksi
-Kematangan dan keyakinan
Sebagai
seni/ ilmu beladiri Indonesia, selain segi fisik, dalam pendidikannya tidak
lepas pula dari pemberian pendidikan mental sebagai unsur paralel yang
dibutuhkan dalam membentuk kematangan jiwa dan budi pekerti yang luhur.
Pendidikan mental ini juga dimaksudkan sebagai kendali dan pegangan bagi para
pesilat Perisai Diri, agar di dalam melaksanakan fungsi hidupnya sebagai umat
Tuhan Yang Maha Esa selalu mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi, mendahulukan
kepentingan umum, berjiwa besar disertai dengan rasa percaya diri dan
berwibawa.
Pada
tingkatan tertentu dalam kematangan jiwanya, diberikan latihan-latihan
pernafasan yang penerapan lebih lanjutnya di pergunakan dalam:
-Pengerasan
badan luar (Gwakang)
-Daya tenaga dalam (Lweekang)
-Meringankan tubuh (Ginkang)
-Daya tenaga dalam (Lweekang)
-Meringankan tubuh (Ginkang)
Dalam silat
Perisai Diri terdapat Teknik Kombinasi dan Teknik Asli. Teknik Kombinasi
merupakan teknik-teknik di silat Perisai Diri yang berasal dari
perguruan-perguruan silat di seluruh Indonesia yang meliputi 156 aliran.
Rangkuman teknik silat tersebut kemudian dipilah dan dikelompokkan sesuai
dengan karakter dari masing-masing aliran. Teknik Kombinasi diantaranya adalah
Cimande, Batawen, Bawean dan Jawa Timuran. Di samping itu ada juga Teknik
Minangkabau yang diambil dari teknik pencak silat tanah Minang yang dilengkapi
dengan beberapa teknik lain.
Teknik Asli
dalam silat Perisai Diri sebagian besar diambil dari aliran Siauw Liem Sie.
Dengan kreativitas Pak Dirdjo, yang mirip hanyalah sikap awalnya saja,
sedangkan gerakan maupun implementasinya sudah dijiwai oleh karakter pencak
silat Indonesia. Hal ini yang menjadikan ilmu silat Perisai Diri mempunyai
sifat unik, tidak ada kemiripan dengan silat yang lain. Disebut Asli karena
mempunyai frame tersendiri, bukan merupakan kombinasi dari beberapa aliran
silat.
Teknik Asli
dalam silat Perisai Diri :
1. Burung Mliwis
2. Burung Kuntul
3. Burung Garuda
4. Lingsang
5. Kuda Kuningan
6. Setria Hutan
7. Harimau
8. Naga
9. Setria
10. Pendeta
11. Putri
1. Burung Mliwis
2. Burung Kuntul
3. Burung Garuda
4. Lingsang
5. Kuda Kuningan
6. Setria Hutan
7. Harimau
8. Naga
9. Setria
10. Pendeta
11. Putri
Pada tingkat
tertentu akan diajarkan teknik olah pernafasan yang berguna baik untuk
kebugaran maupun untuk menunjang beladiri, misalnya gwakang, lweekang dan
ginkang. Untuk menyeimbangkan gemblengan fisik, pada tingkat tertentu akan
diberi gemblengan mental spiritual yang dalam Perisai Diri dikenal dengan
istilah Kerokhanian yang diberikan secara bertahap untuk memberi pengertian dan
pelajaran tentang diri pribadi dan manusia pada umumnya, sehingga diharapkan
tercipta pesilat yang bermental baja dan berbudi luhur, mempunyai kepercayaan
diri yang kuat, berperangai lemah lembut, serta bijaksana dalam berpikir dan
bertindak. Keseimbangan antara pengetahuan silat dan Kerokhanian akan
menjadikan anggota Perisai Diri waspada dan mawas diri, tidak sombong, dan
setiap saat sadar bahwa di atas segala-galanya ada Sang Pencipta. Keseimbangan
paling luhur yakni mengabdi kepada Allah Sang Pencipta.