Kriing ....
Ikhwan: "Assalaamualaikum ...."
Akhwat: "Wa'alaikumsalaam ....
Dengan siapa ya ini? "
Ikhwan: "Ini ukhty .... Kami ketua panitia ikhwan ... "
Akhwat: "Oya .... Gimana Akh? "
Ikhwan: (duuh ... suaranya lembut banget .... ehm .... pasti wajahnya juga .....) "E ... e ... iya, persiapan akhwat gimana?"
Akhwat: bla ..... bla ...... bla .... (Dengan suara yang dibuat lemah lembut)
Ikhwan: (hadeuh ..... gimana nih???)
dubrak!!!!
Sering ga 'nemuin moment kaya gini?
Sering!!!! (Kompak banget)
Ya memang fenomena seperti ini sering kita temui. Di kalangan masyarakat ini dianggap biasa, di kalangan kader Islam ini pun dianggap mulai biasa. "Kan kita tidak berkhalwat, cuma telfonan, ga 'ketemu langsung", satu alasan dikemukakan ... ada lagi yang bilang. "Kita kan ngobrolnya dari balik hijab".
Duhai saudariku .....
Bukannya dilarang kita bicara, tapi perhatikanlah suara dan perkataamu. Seorang wanita dapat berbicara dengan laki-laki untuk suatu kebutuhan yang tidak ada fitnah di dalamnya, dan masih dalam batas kewajaran dari kebutuhannya.
Eeiit .... tunggu dulu ukhty .... tapi ingat! Hati kita itu lemah, kadang tanpa sengaja hati kita punya kecenderungan tak memperdengarkan kehalusan dan kelemahlembutan kita, tanpa sadar disela pembicaraan kita terselip candaan yang membuat kita tertawa dan kadang keluarlah suara yang sedikit menggoda.
Aduuuh ukhty .... hal seperti inilah yang tidak diperbolehkan, dan yang harus selalu kita hindari di dalam pembicaraan-pembicaraan kita dengan lawan jenis.
Tengoklah firman الله عزا و جل untuk para istri-istri Nabi:
ولا تحضعن با لقو ل فيطمع الذي في قلبه مرض وقلن قولا معرفا
"Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginan (nafsu) orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah kata yang baik" (Al - Ahzab: 32)
Duhai ukhty .....
Jelaslah dari ayat di atas agar kita selalu menjaga semua ucapan-ucapan kita, dengan hanya mengucapkan kata yang baik saja. Sekarang mungkin terbersit di pikiran kita "kata yang baik itu yang bagaimana?"
Kata yang baik adalah kata yang dianggap baik oleh manusia dan sesuai dengan kebutuhan. Adapun yang lebih dari itu, yakni dengan melemahlembutkan suara, tertawa-tertawa, suara yang menggoda dan lain sebagainya. Maka ini adalah suatu kemungkaran serta termasuk sebab-sebab fitnah dan terjadinya perzinahan.
Untuk itu wahai saudariku ...... bertaqwalah dan takutlah terhadap ancaman Allah dan janganlah kita membuka pintu-pintu syaithon dengan berlemah lembut ketika berbicara dengan lawan jenis.
Wahai saudariku .....
Wanita adalah tempat pelampiasan keinginan kaum pria, maka mereka cenderung kepadanya dengan dorongan insting syahwat, maka ketika ia berlemah lembut dalam kata akan terbukalah pintu fitnah. Agar terhindar dari fitnah ini, Allah telah menyuruh orang-orang mukmin ketika hendak meminta sesuatu kebutuhan atau barang kepada wanita, harus mereka memintanya dari balik layar.
Allah berfirman:
واذا سألتموهن متعا فسألوهن من وراء حجاب ذلكم أطهر لقلوبكم وقلوبهن
"Bila kamu meminta sesuatu kebutuhan kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir, cara demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. (Al-Ahzab: 53)
Wahai saudariku .....
Lihatlah ayat yang agung ini .....
Allah memerintahkan orang-orang mukmin pada waktu itu, untuk menemui para wanita dari balik hijab padahal kita tahu bagaimana keimanan para sahabat kala itu, tidak diragukan lagi bahwa ini merupakan hal yang sangat agung . Dan dari surat Al-Ahzab: 32 juga telah kita ketahui bahwa wanita dilarang berbicara kepada kaum laki-laki (yang bukan suaminya-pent)dengan cara berlemah lembut, agar tidak timbul keinginan (nafsu) pada orang-orang yang memiliki penyakit di hatinya.
Duhai saudariku ....
Sekarang tengoklah keimanan orang-orang di sekeliling kita, iman mereka sekuatkah seperti iman para sahabat? Para sahabat pun diminta untuk berhati-hati ketika berinteraksi dengan wanita muslimah, lalu bagaimana dengan laki-laki yang ada di sekeliling kita?
Maka oleh karena itu wahai saudariku ....
Hendaklah kita menjauhi sebab-sebab yang bisa membuka peluang pintu fitnah, baik itu berkumpul / berikhtilat, bertelepon ria, ataupun model-model interaksi yang bisa kita lakukan dengan lawan jenis, kecuali untuk suatu kebutuhan yang penting tanpa tunduk dan lemah lembut dalam berbicara.
Kita bisa berbicara dengan lawan jenis asalkan ada hajat yang penting dan tanpa disertai dengan kelemahlembutan.
"Jagalah suara dan ucapanmu".
Wallahu a'lam bishawab.
Maraji:
القرأن الكريم
الفتاوى والجامعة للمرأة المسلمة
http://www.informasimuslim.com/suara-wanita/
Rabu, 20 Februari 2013
SUARA WANITA
05.24
No comments
0 komentar:
Posting Komentar