Sabtu, 28 Januari 2012

Pribadi Rasulullah

Nabi Muhammad Saw adalah sosok pemimpin yang sukses. Beliau berhasil memimpin dan memenej dirinya, dengan keterbatasan yang ada (ditinggal mati ayahnya pada usia 3 bulan dalam kandungan, dan ditinggal ibunya ketika usia 6 tahun, ditinggal kakek pada usia 8 tahun). Beliau digelari manusia berkualitas super (al-amin). Nabi Saw sukses memimpin keluarganya (istri dan anak-anak) sehingga terbina keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah.
Nabi Saw juga terbukti mampu memimpin umatnya, mengangkat derajat masyarakat dari kehidupan jahiliah, minim budaya dan akhlak, kepada tatanan masyarakat madani-islami, mencetak kader-kader pemimpin masa depan (seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali), dan mempeidatukan unsur-unsur masyarakat yang beragam dan mensinergikannya menjadi kekuatan yang hebat.
Kesuksesan Nabi Saw disebabkan dua faktor utama yaitu akhlak yang mulia dan kualitas kepemimpinan (pengetahuan dan skill). Nabi Saw menghiasi dirinya dengan akhlak yang terpuji sehingga dia menjadi pemimpin yang dicintai dan disegani. Akhlak Nabi Saw, yang terkait dengan kepemimpinan, antara lain, Nabi Saw terkenal sangat santun dalam bersikap, termasuk terhadap bawahannya. Anas bin Malik, seorang pembantu Nabi, berkata, “Saya telah bekerja lebih dari 10 tahun dengan Rasulullah Saw. Selama itu tidak pernah saya mendengar Rasulullah Saw berkata, “Akh”, “Kenapa begitu?”, “Mengapa tidak begini“. (HR. Muslim).
Seorang pemimpin selayaknya bersikap santun agar dicintai dan dihormati. Sikap kasar dan keras akan menjadikan dirinya dijauhi dan dibenci. Firman Allah SWT, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (QS.AliImran[3]:159).
Nabi Saw sangat pemaaf. Pernah Nabi berhutang kepada seorang Yahudi bernama Sa’ad bin Sya’nah. Jatuh tempo pembayarannya masih tiga hari lagi. Tetapi Sa’ad menagih sebelum jatuh tempo. la mencari Nabi dan bertemu di jalan. Sa’ad langsung memegang selendang Nabi dengan keras seraya berkata, “Kamu hai Bani Abdul Muthallib telah lalai membayar hutang”. melihat kejadian itu, Umar langsung bangkit, ingin menghardik Sa’ad. Nabi mencegah Umar, sambil tersenyum Beliau berkata kepada Umar, “Saya memang mempunyai hutang kepada Sa’ad. Sikap kamu yang lebih tepat wahai Umar adalah menyuruhku untuk membayar hutang dan menyuruh dia menagih hutang dengan cara yang baik. Sebenarnya, jatuh tempo hutang masih tiga hari lagi. Tapi baiklah, tolong bayarkan utang itu dan tambahkan 20 sha’ agar hilang kemarahannya”. (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Hibban dan Thabrani). Melihat sikap pemaaf dan pemurah Rasulullah Saw, Sa’ad menjadi malu dan terpesona. Dia langsung menyatakan masuk Islam.
Pemimpin harus memiliki sifat pemaaf sebab dia akan berhadapan dengan manusia yang memiliki berbagai sifat dan tingkah laku serta tidak jarang membuat jengkel, kecewa, dan marah. Sifat pemaaf ini mesti pula ditiru oleh bawahan. Kalau sifat pemaaf tidak terwujud maka akan banyak ketegangan, dendam, dan permusuhan.
Nabi Saw sangat rendah hati. Dia tidak gila hormat dan cenderung malu hati kalau mendapat pujian. Padahal segala kesuksesan dan kekuasaan berdatangan. Pernah para sahabat bediri menghormati Nabi memasuki majelis. Nabi tidak senang dan bersabda ketika itu, “Jangan kamu memberikan penghormatan kepadaku sebagaimana orang-orang jahiliyah“.
Seorang sahabat pernah berkata, “Ya Sayyidina” Nabi tidak suka dan bersabda, “Jangan kamu agungkan aku sebagaimana orang-orang Nashrani mengagungkan ‘lsa bin Maryam. Sesungguhnya saya adalah hamba Allah, maka panggillah saya ‘Abdullah wa Rasulullah”. (HR. Ahmad).
Nabi Saw penuh kasih sayang dan perhatian, terutama kepada bawahan danorang-orangyang lemah. Rasulullah biasa bergaul dan berjalan dengan orang-orang lemah dan mendo’akan mereka. (HR. Tirmidzi). Rasulullah Saw bersabda, “Berilah makan budakmu dengan makanan yang biasa kamu makan dan berilah mereka pakaian
dengan pakaian yang biasa kamu pakai. Janganlah kamu menyiksa makhluk Allah
“. (HR. Bukhari). Bahkan Rasulullah Saw memperlihatkan juga kasih sayangnya kepada binatang. Pernah Nabi melihat para sahabat membakar sarang semut. Nabi bersabda, “Tidak pantas menyiksa dengan api, kecuali Tuhannya api“. (HR. Abu Daud).
Sumber : Buletin Mimbar Jum’at  No. 34 Th. XXII  -  22 Agustus 2008

0 komentar:

Posting Komentar