Kamis, 26 September 2013

Al-Imam Abu Zur’ah Ar-Roozi rohimahullaah, Ahli Hadits Dari Negeri Iran…

Abu Zur’ah Ar-Roozi rohimahullaah seorang Imam Robbani yang banyak menghafal hadits, dan sekaligus sangat menguasai hadits-hadits yang dihafalkannya. Beliau salah satu murid Imam Ahmad bin Hambal rohimahullaah. Juga termasuk salah satu guru Imam Muslim rohimahullaah.

Imam Adz-Dzahabi rohimahullaah menyanjung pribadi Imam Abu Zur’ah rohimahullaah dengan mengatakan, “Ia seorang imam (panutan dan rujukan umat), dan sayyidul-huffaazh (pemuka para ahli hadits, orang yang sangat kuat hafalannya), dan dia adalah ahli hadits dari kota yang bernama Rayy.”

Kota Rayy kini terletak di Teheran (ibukota Iran). Kota yang kini merupakan basis sekte syi’ah rofidhoh tersebut, dahulu merupakan kota yang dikenal melahirkan Ulama-ulama Ahlussunnah. Orang yang menisbatkan dirinya ke kota ini akan menyematkan kata Ar-Roozi pada akhir namanya. Contoh, adalah Imam Abu Hatim Ar-Roozi, dan putranya ‘Abdurrahman bin Abi Hatim Ar-Roozi rohimahumallaah, serta tokoh kita kali ini Imam Abu Zur’ah Ar-Roozi rohimahullaah.

Beliau memiliki nama lengkap ‘Ubaidullaah bin ‘AbdilKariim bin Yaziid bin Farruukh Al-Qurasyi Al-Makhzuumi. Beliau adalah maula Ayyasy bin Muthorrif bin ‘Abdillah Al-Makhzumi. Dan Abu Zur’ah adalah kunyah beliau.

Abu Zur’ah lahir tahun 200H di kota Rayy. Beliau meninggalkan kota kelahiran dan memulai perjalanan dalam menuntut ilmu pada usia 13 tahun ke kota kuffah, dan tinggal di sana selama 10 bulan. Sempat pulang kota kelahirannya, namun kemudian pergi kembali dan meninggalkan kotanya lagi selama 14 tahun untuk tujuan yang sama (yaitu menuntut ilmu).

Negeri-negeri yang pernah beliau singgahi dalam rangka memperdalam ilmu syar’i, di antaranya negeri Hijaz, Syam, Mesir, Iraq dan khurosan. Sedangkan guru-guru beliau di antaranya, Abu Nu’aim rohimahullaah, Al-Qo’nabi rohimahullaah, Yahya bin Bukair rohimahullaah, Ahmad bin Hanbal rohimahullaah, Abu Bakr bin Abi Syaibah rohimahullaah, dan Musa bin Isma’il rohimahullaah.

Pada usia 32 tahun, Abu Zur’ah baru memulai periwayatan hadits yang telah beliau himpun selama belajar. Masa mudanya, ia konsentrasikan untuk tahsil ilmi (penghimpunan dan penguasaan ilmu). Ia merupakan sesosok penuntut ilmu hadits yang sangat rajin dan bersemangat, jauh dari sifat malas.

Pernah, suatu hari ia ditanya oleh seorang murid beliau, “Wahai syaikh, hadits yang kau tulis dari gurumu, Ibrahim bin Musa, apakah mencapai seratus ribu?”

Beliau menjawab, “Tidak, itu terlalu banyak.”

Apakah mencapai lima puluh ribu?” Tanya sang murid kembali.

“Iya, kira-kira lima puluh sampai enam puluh ribu”, jawab Abu Zur’ah.

Dan beliau juga pernah berkata bahwa dirinya telah menulis seratus ribu hadits dari seorang guru yang lain, yaitu Abu Bakr bin Abi Syaibah rohimahullaah. Subhaanallaah, hanya dari satu syaikh saja beliau mengumpulkan sampai seratus ribu hadits. Sungguh pantas apabila beliau menyandang gelar Imam Negeri Khurosan.

Suatu saat, ada seseorang datang menemui Abu Zur’ah rohimahullaah dan berkata, “Wahai Abu Zur’ah, seseorang telah bersumpah dan bersaksi bahwa engkau hafal 200 ribu hadits. Apakah orang ini harus membatalkan sumpahnya dan membayar kafaroh?”

Abu Zur’ah rohimahullaah menjawab, “Tidak perlu. Aku menghafal 200 ribu hadits, seperti kalian menghafal ‘QulHuwallaahu ahad’. Dan sekarang aku sedang menghafal tiga ratus ribu hadits lainnya.”

Beliau memang orang yang paling handal hafalannya pada masa itu. Fakta ini sesuai dengan persaksian sang guru, Abu Bakr bin Abi Syaibah ketika ditanya, “Menurutmu, siapakah yang paling banyak menghafal hadits?” Dia menjawab, “Tidak ada yang lebih kuat hafalannya dibandingkan Abu Zur’ah rohimahullaah.”

Abu Zur’ah rohimahullaah sendiri pernah mengatakan, “Aku selalu menghafal dan memahami semua yang kudengar, hingga pernah suatu hari aku berjalan-jalan ke pasar, maka terdengarlah di sana sebuah nyanyian. Maka, aku segera menutup telinga, karena aku tidak mau menghafalkan nyanyian itu.”

Betapa besar nikmat yang Allah berikan kepada Abu Zur’ah. Beliau memiliki kemampuan menghafal yang sangat luar biasa. Namun, itu tidak menjadikannya sombong, beliau tetap tawadhu’.

Suatu hari, ada seseorang yang tiba-tiba menghampiri Abu Zur’ah rohimahullaah, lalu tiba-tiba mencela dan merendahkan beliau. Maka, beliau hanya tersenyum dan menjawab, “Wahai saudaraku, sibukkanlah dirimu dengan menuntut ilmu agama, karena betapa banyak di antara kita yang lalai dengan ilmu agama.” Peristiwa ini terjadi ketika orang-orang berkumpul mengelilingi Abu Zur’ah rohimahullaah pada sebuah majelis untuk menguji hafalan hadits beliau.

Salah seorang murid Abu Zur’ah menceritakan, “Kami datang menjenguk Abu Zur’ah rohimahullaah menjelang wafatnya. Di sisinya ada Abu Hatim dan beberapa sahabat beliau yang lain. Mereka pun mengingatkan Abu Hatim untuk mentalqin Abu Zur’ah. Namun mereka malu untuk mentalqin beliau. Akhirnya para sahabat Abu Zur’ah mensiasati hal tersebut dengan cara menanyakan kepadanya tentang sebuah hadits. Maka Abu Zur’ah menyebutkan hadits tersebut lengkap dengan sanadnya hingga Mu’adz bin Jabal, yang meriwayatkan bahwa Rosulullaah shollallaahu ‘alayhi wa’alaa aalihi wasallam bersabda, “Barangsiapa pada akhir hayatnya mengucapkan ‘laa ilaaha illallaah’, maka dia masuk surga.” Dan wafatlah Abu Zur’ah setelah mengucapkan kalimat laa ilaaha illallaah yang ada pada hadits ini.

Abu Zur’ah wafat pada hari senin bulan dzulhijjah tahun 264 Hijriah di kota asalnya, yaitu kota Rayy. Semoga Allah senantiasa merahmati Abu Zur’ah dan memasukkannya ke dalam Surga Firdaus.

*Maroji’:
- Tahdziibul kamaal, Abul Hajjaj Al-Mizzy
- Siyar A’laamin Nubala’, Al-Imam Adz-Dzahabi.

0 komentar:

Posting Komentar