Selasa, 24 September 2013

Khalid bin Walid ‘Pedang Allah’ yang Tak Terkalahkan #Iman dan Etika yang Mulia

Khalid bin Walid menaati perintah Abu Bakar ash-Shiddiq. Ia amanahkan wilayah Irak kepada Mutsanna bin Haritsah. Bersama pasukannya. Ia bergerak menuju posisi pasukan muslimin di wilayah Syam.
Sebelumnya, ia telah mengobarkan semangat dan mengokohkan iman seluruh pasukannya. Ia berkata, “Jangan sampai semangat juang kalian berbeda dan jangan sampai keyakinan kalian lemah. Ketahuilah bahwa sesungguhnya pertolongan itu datang sesuai dengan niat yang terhunjam dan pahala akan diberikan sesuai dengan tingkat keikhlasan. Sesungguhnya seorang muslim tidak sepantasnya membanggakan sesuatu yang ia lakukan karena itu semua atas pertolongan AllahSubhanahu wa Ta’ala.”
Kata-kata itu telah memberikan pengaruh yang besar dalam jiwa kaum muslimin sebagaimana yang diharapkan oleh Khalid bin Walid. Dengan semangat luar biasa mereka melintasi padang pasir yang sangat gersang. Khalid sendiri semakin bertambah keyakinan dan semangatnya saat menyaksikan semangat pasukannya dalam berkorban.
Ia berpikir tentang kondisi kaum muslimin yang sedang terdesak oleh pasukan Romawi yang berjumlah lebih besar dan memilki persenjataan yang lebih lengkap. Ia juga berpikir tentang Amin al-Ummah (orang kepercayaan umat), Abu Ubaidah ibnul Jarrah, yang sedang memimpin pasukan Islam di sana. Khalid berpendapat untuk memberi tahu mereka tentang datangnya bantuan yang akan memberikan ketenangan dan kedamaian di dalam jiwa pasukan muslimin yang berada di Syam.
Ia juga berpikir –setelah Khalifah mengamanahkan kepadanya komando umum pasukan dan mengutusnya untuk membawahi komandan-komandan pasukan di Syam– untuk menyampaikan kepada Abu Ubaidah bahwa ia sangat menyadari dan mengakui posisi dan derajatnya di tengah-tengah kaum muslimin. Maka Khalid mengirim dua pucuk surat, satunya ia kirim untuk seluruh pasukan kaum muslimin di Syam yang berbunyi,
“Amma ba’du, sesungguhnya surat Khalifah telah sampai kepadaku dan menyuruhku untuk bergerak menuju kalian dan aku sudah siaga serta akan segera sampai. Jika sudah kalian tangkap bayang-bayang kudaku, maka bergembiralah untuk menyempurnakan janji Allah dan pahala yang besar dari sisi-Nya. Semoga Allah menjaga kita semua dengan keyakinan yang kuat dan membalasi kita dengan pahala mujahid terbaik.”
Surat kedua ia kirim langsung secara khusus pada Abu Ubaidah,
“Amma ba’du, sesungguhnya aku berdoa kepada Allah untuk menurunkan kepada kita rasa aman di hari penuh kecemasan dan terpelihara dari segala yang buruk di dunia ini. Surat Khalifah telah datang kepadaku yang berisi perintah agar aku segera bergerak menuju Syam dan mengomandokan seluruh pasukan. Demi Allah, aku tak pernah meminta hal itu dan tidak pula aku menginginkannya ketika aku diserahkan amanah tersebut. Maka tetaplah engkau pada posisimu saat ini, kami tidak akan melanggar perintahmu atau menyalahimu dan kami tidak akan memutuskan sesuatu tanpa konsultasi denganmu karena engkaulah pemimpin kaum muslimin. Kami tidak akan memungkiri kemuliaan dan kelebihanmu dan kami tidak akan mengabaikan pendapatmu. Semoga Allah menyempurnakan niat kita semua dengan lebih baik dan memelihara kita dari terjerumus ke dalam neraka. Wassalamu alaikum warahmatullah.”
Setelah Abu Ubaidah ibnul Jarrah membaca surat dari Khalid ia berkata, “Semoga Allah memberkahi pendapat dan keputusan Khalifah dan semoga Allah memuliakan Khalid.” Kemudian ia melanjutkan, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Khalid adalah pedang di antara pedang-pedang Allah. Ia adalah pemuda terbaik dalam sebuah keluarga.”

0 komentar:

Posting Komentar